Dominasi SDA di Indonesia


4.3 Dominasi SDA di Indonesia
 Dominasi asing merupakan permasalahan penting di bidang energi negara. Penguasaan asing atas sumber daya alam telah banyak menimbulkan persoalan, tidak hanya bidang energi tapi juga merambah kepada kehidupan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup.
Pertambangan (Batu bara, emas, nikel, timah, bijih besi) minyak, gas, hutan serta perkebunan, sumber daya alam yang sekarang sedang digalakan secara besar-besaran oleh pemerintah indonesia. Sebuah model pembangunan yang di dasarkan pada penghancuran basis produksi masyarakat lama yang dilepaskan dari alat produksinya untuk kemudian dimasukan ke dalam barisan tentara proletariat dan menghancurkan ekologi. Bahkan kerusakan ekologi pun masih bisa di jadikan sumber pelipatgandaan kapital, baik itu lewat pinjaman/hibah jual beli karbon, Corporate Sosial Responsibility, Konservasi lahan dan lain-lain.
Dampak yang paling terasa ialah pembukaan sistem pasar bebas tanpa ada hambatan birokratis, karena untuk sekarang ini sistem pemberian Izin Usaha terutama untuk industri ekstratif tidak harus tersentral di Pemerintah Pusat namun bisa langsung ke pemeritah daerah.
Dari uraian data di atas nampak jelas bahwa investasi asing lebih mendominasi perekonomian Indonesia dengan presentase modal asing sebesar 67 % dan modal dalam negeri hanya sebesar 33 %, data ini mengindikasikan lemahnya borjuasi dalam negeri karena masih di dominasi asing. Di tambah lagi dengan masuknya modal dari negara-negara imperialis melalui lembaga financial, sebagai contoh bagaimana bank-bank di Inggris memanfaatkan dana pensiun rakyat Inggris untuk di investasikan ke lebih dari 50 proyek penambangan dan 12 perusahaan besar yang beroprasi di Kalimantan timur.
Contoh ialah BHP Billiton yang merupakan salah satu perusahaan Inggris yang rencanaya akan menambang batubara di Indonesia dengan luas 350.000 hektar di kabupaten Kutai Barat, propinsi kalimantan timur. Yang mana sepenuhnya di biayai oleh Barclays dengan menggunakan dana pensiun di Inggris. Lain halnya dengan Borneo Lumbung Energi perusahaan yang di dirikan oleh atas kerja sama Nat Rotshchild dan beberapa konglomerasi keluarga Bakrie yang juga akan mencalonkan diri menjadi Presiden Indonesia 2014, ia mendapatkan pinjaman sebesar US$ 1 billion dari bank Standart Charted. Serta PT. Adaro Energi sebagai produsen Termal Coal terbesar kedua di Indonesia yang mendapatkan pinjaman 245 Juta Poundsterling dari koalisi bank Inggris termasuk HSBC dan Standart Charterd. Proyek ini salah satu yang terbesar di Kalimantan Timur dan di Indonesia.



Sumber:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reuben Elishama, Si Macho yang Bertato

PROPOSAL USAHA BUDIDAYA IKAN MUJAIR

Potensi Kelapa Sawit di Kalimantan Selatan