PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT




MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT

















Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan produksi
kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya produksi serendah
mungkin, menjaga perkebunan beserta infrastrukturnya dengan menggunakan
teknoogi yang ramah lingkungan dan secara sosial dapat dipertangung-jawabkan,
mempertahankan produktivitas tinggi secara berkesinambungan dalam beberapa
generasi pertanaman serta mempertahankan kesuburan tanah dalam jangka
panjang.
Tahapan akhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit adalah panen tandan buah
segar (TBS) yang mengjadi salah satu kunci penentu produktivitas kelapa sawit.
Produktivitas kelapa sawit ditentukan oleh seberapa banyak kandungan minyak
yang diperoleh dan seberapa baik mutu minyak yang dihasilkan. Hasil minyak
yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah
tatacara panen kelapa sawit.
Pada modul ini akan dibahas tentang bagaimana manajemen panen kalepa sawit
agar diperoleh tingkat produktivitas yang tinggi.

1. Identifikasi Tanaman Siap Panen
Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting
dan merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat
panen adalah indikator akan dimulainya pengembalian inventasi yang telah
ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan baik
akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman
mampu bertahan dalam umur yang panjang.
Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah
yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap
membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampi batas usia
ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar
25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang
dilakukan termasuk cara pemananen.
Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya produksi
dan pendeknya usia ekonomis, oleh karena itu pemanenan harus dilakukan
dengan tepat agar tanaman tetap berproduksi baik dan diperoleh mutu yang
baik. Selain itu setelah panen harus segera dilakukan penanganan pasca
panen menginggat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami
penurunan mutu dalam waktu 24 jam setelah panen.
Pertanyaan yang pertama kali muncul dalam benak pemilik kebun kepala
sawit adalah kapan panen pertama/perdana dilakukan agar segera diperoleh
hasil (baca uang) dan tidak merusak tanaman kelapa sawit. Penentuan panen
pertama secara umum dilakukan berdasarkan umur tanaman dan dikoreksi
melalui performa tanaman. Hal ini bermakna meskipun tanaman telah
memiliki umur yang cukup untuk menghasilkan tandan buah sawit, tetapi
bilamana performa tanaman, khususnya bonggol dan ukuran tandan buah
terlaku kecil (kurang ari 3 kg) maka umur pertama panen di tunda dengan
membuang bunga dan bakal buah yang ada.
Kelapa Sawit sudah mulai berbunga, tetapi tandan buah segar yang
dihasilkan belum mencapai 3 kg sehingga tanaman belum dapat
dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan. Bilamana performa/
penampilan bonggol batang belum cukup kekar tetapi sudah berbunga, maka
pada tanaman tersebut harus diablasi yaitu pembuangan bunga untuk
membuang tandan kecil (kurang dari 3 kg) pada tanaman baru berbuah dan
untuk mendorong pertumbuhan tanaman agar diperoleh pertumbuhan
tanaman yang seragam.
Secara normal kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat menghasilkan
buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung
mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung
mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada
umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan
pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah
matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan. Saat buah mulai masak,
kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Hal ini
disebabkan adanya proses konversi karbohidrat menjadi lemak dalam buah.
Dalam memanen, perlu diperhatikan beberapa ketentuan umum agar buah
yang dihasilkan baik mutunya, sehingga minyak yang dihasilkan juga bermutu
baik.
Suatu areal tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat disebut sebagai
tanaman menghasilkan (TM) dan dapat dipanen apabila 60% atau lebih
buahnya telah matang panen. Selain itu tanaman telah berumur ± 31 bulan,
berat janjangan (tandan) telah mencapai 3 kg atau lebih, penyebaran panen
telah mencapai 1:5 , yaitu setiap 5 pohon terdapat 1 tandan buah yang
matang panen. Kebun yang memenuhi persyaratan tersebut dapat mulai
dipanen dan disebut dengan kebun tanaman menghasilkan atau TM.

2. IDENTIFIKASI TANDAN BUAH MASAK
Jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan kelapa sawit bergantung dari
berbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan buah
pada saat dipanen dan penangananya sampai di PKS. Panen harus
menghasilkan tandan buah segar pada kematangan optimal, pemanenan
pada tandah buah mentah (belum optimal) cenderung akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan, dan sebaliknya pemanenan
yang terlalu matang dan penanganan yang lambat atau busuk akan
menghasilkan minyak dengan kandungan Free Fatty Acid (asam lemak bebas)
yang tinggi.
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun.
Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi
12-14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam satu tandan
tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya.
Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah.
Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi.
Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah
jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yang
maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Pada saat
matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah.
Kriteria tandan buah yang masak pada tanaman muda dan tanaman
menghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman muda yang baru pertama kali
dipanen, kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 brondolan per
tandan perlu digunakan mengingat tandan masih kecil dan cepat masak.
Standar ini harus disesuaikan berdasarkan kondisi iklim setempat dan
pengalaman pekerja.

Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari
tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang
lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Ciri-ciri lain yang
digunakan adalah apabila sebagian buah sudah membrondol (jatuh di
piringan) secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg.
Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen tandan
buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan
kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah
brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria
umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.
Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan buah sudah
mencapai fraksi kematangan 1–3 dimana persentase buah luar yang jatuh
sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis sistem panen, yaitu sistem giring dan
sistem tetap.

3. FRAKSI TANDAN BUAH SEGAR DAN MUTU PANEN

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat
dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup
berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan
buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan
buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan
diperoleh sangat ditentukan oleh faktor ini.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas
(FFA) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan
dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung
asam lemak bebas dalam prosentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika
pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar asam
lemak bebas rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS
yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,
termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS.
Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika
tandan-tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3.
Tabel 3 1 . Beberapa Tingkat Fraksi TBS
Faksi Jumlah Brondongan Tingkat Kematangan
00
0
1
2
3
4
5
Tidak ada, buah berwarna hitam
1 - 12,5% buah luar membrondol
12,5 - 25% buah luar membrondol
25 - 50% buah luar membrondol
50 - 75% buah luar membrondol
75 - 100% buah luar membrondol
Buah dalam juga membrondol, ada
buah yang busuk
Sangat mentah
Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang ll
Lewat matang I
Lewat matang ll

Secara ideal, dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan
terkumpulnya brondolan, serta pengangkutan yang lancal maka dalam suatu
pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut.
• Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.
• Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.
• Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.
• Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah
tandan.
Semenjak terjadinya penyerbukan buah kelapa sawit mengalami
perkembangan sampai akhirnya masak panen. Berikut beberapa tahapan
perkembangan buah kelapa sawit

A N T H E S I S
Anthesis berumur 10 hari setelah seludang terbuka, daging buah belum ada,
cangkang belum ada, inti belum ada, embrio belum terbentuk.

P U T I K
Putik berumur 1 bulan setelah seludang terbuka , keadaan tandan ada Buah
kecil terbentuk pada tandan, daging buah Putik Kehijauan lunak dan berair;
cangkang putih dan lembut; inti berupa cairan; Embrio belum terlihat.

C E N G K I R
Cengkir berumur 2 bulan setelah seludang terbuka; keadaan tandan muda;
daging buah putih kehijauan; cangkang putih agak keras; inti seperti agaragar;
embrio belum terlihat
D E G A N
Degan berumur 3 bulan setelah seludang terbuka; keadaan tandan sebagai
tandan muda; daging buah kuning kehijauan; cangkang coklat muda keras;
inti mulai mengeras; embrio berupa titik putih

Fraksi .00
Fraksi - 00 berumur 4 bulan setelah seludang terbuka; keadaan tandan
berupa tandan mentah; daging buah kuning kemerahan, cangkang coklat
keras; inti putih keras; embrio berumur normal 3,5 mm.
Fraksi-0
Gambar 3.6 Fraksi - 0
Faksi – 0 berumur 5 bulan setelah seludang terbuka; keadaan tandan berupa
tandan masak; daging buah berwarna merah kekuningan; Cangkang
berwarna coklat tua keras, inti putih keras; embrio normal 3,5 mm

4. TINDAKAN MENJELANG PANEN
Menjelang panen perdana, pada kebun kelapa sawit dilakukan beberapa
tindakan dengan tujuan untuk memudahkan kegiatan panen yang akan
dilakukan. Kegiatan-kegiatan menjelang panen yang umum dilakukan
meliputi ablasi/kastrasi, penandaan blok, pembukaan jalan pikul/panen atau
jalan tikus, sensus tanaman dan sanitasi.

ABLASI/KASTRASI
Ablasi atau kastrasi adalah pembuangan bunga jantan dan betina muda
selama tanaman belum menghasilkan. Pelaksanaan ini akan memindahkan
nutrien dari buah yang tidak bernilai ekonomi ke pertumbuhan vegetatif.
Pohon yang diablasi biasanya tumbuh kekar/jagur dan merata dan biasanya
mempuyai sistem perakaran yang lebih baik. Keuntungan lainnya adalah
janjangan yang dihasilkan setelah ablasi lebih sehat dan ukurannya lebih
seragam. Kelemahannya adalah setelah panen pertama berproduksi sangat
tinggi, panen pada tahun ke-2 akan menurun.
Sebagai ganti ablasi, perusahaan menetapkan dilakukannya pruning sebelum
harvesting dan sanitasi. Pekerjaan ini menggunakan dodos untuk membuang
semua janjangan yang busuk dan juga pelepah-pelepah yang tidak berguna.
Dilakukan 1 kali saja pada saat umur tanaman 18 atau 24. Ini akan
memudahkan pekerja termasuk pembuah untuk bekerja dengan mudah di
sekitar pohon. Pekerjaan ini dikerjakan dalam periode 6 bulan biasanya
antara umur 24-30 bulan atau bila jumlah bunga hasil monitoring pada satu
blok sudah mencapai 50%.
Dalam pelaksanaan ablasi semua bunga jantan dan betina sampai ketinggian
30 cm di atas tanah dibuang, pelepah jangan terpotong. Bunga yang masih
kecil dipatahkan dengan mata pengait sedangkan bunga yang sudah besar
dengan alat dodos. Bunga-bunga tersebut dikumpulkan ke jalan pikul/jalan
panen..
    Pembuangan seluruh bunga yang sedang berkembang dan tandan yang
belum matang dengan sedikit mungkin menimbulkan kerusakan pelepah.
Ablasi dimulai 12 bulan setelah tanam atau jika ada masalah produksi bunga,
sampai tanaman kelapa sawit cukup tua untuk menghasilkan tandan buah
secara ekonomis (>24 bulan setelah tanam).
Pada tanaman yang berumur 12-20 bulan setelah tanam, bunga muda yang
muncul dibuang dengan menggunakan sarung tangan kulit yang tebal agar
pekerja terlindung dari duri kelapa sawit. Jika pekerja mengalami banyak
kesulitan dalam pembuangan bunga maka dodos dapat digunakan.
Pada tanaman yang berumur >20 bulan setelah tanam, ablasi dilakukan
dengan dodos kecil digunakan untuk memotong dan membuang bunga yang
tumbuh di belakang pelepah. Periode ini pekerja umumnya pekerja menjadi
mahir menggunakan dodos secara benar. Pastikan bahwa pelepah tidak
terpotong atau rusak.
Hal yang perlu diperhatikan ada beberapa jenis persilangan mulai berbuah
pada usia sangat muda (<30 bulan) dan sebaiknya tidak perlu diablasi
sepanjang performa tanaman baik. Tandan buah segar yang baik dan dapat
diproses dikirim ke pabrik kelapa sawit.
Keuntungan ablasi adalah

• Pembuangan tandan yang sangat kecil yang tidak ekonomis untuk
dipanen.
• Pengalihan hasil fotosintesis dari pertumbuhan generatif ke vegetatif untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan keseragaman tanaman.
• Peningkatan pertambahan bobot dan perbaikan keseragaman tandan
mempermudah pemeliharaan.
• Pengolahan tandan lebih mudah karena tandan telah matang, berukuran
lebih besar, dan lebih seragam.
• Pertumbuhan vegetatif awal yang lebih baik akan menghasilkan
pertumbuhan tajuk yang lebih cepat dan pengendalian yang lebih balk.
• Memperlambat pengiriman tandan ke pabrik jika pabrik kelapa sawit
tampaknya belum selesai dibangun.
Kelemahan ablasi adalah
• Penggunaan tenaga kerja yang intensif dan mahal.
• Dapat menyebabkan tanaman muda terserang hama dan jamur.
• Memperlambat pertambahan populasi serangga penyerbuk kelapa sawit
(Elaedobius kamerunicus).
• Kehilangan produksi berarti kehilangan penghasilan.

PENANDAAN BLOK-BLOK KEBUN

Usaha bisnis tanaman perkebunan, terutama yang dikelola oleh perusahaan
pada umumnya memiliki skala usaha yang besar berdasarkan luasan areal
yang dikelolanya. Untuk memudahkan manajemen dalam mengatur dan
memeriksa kegiatan bisnis budidaya tanaman secara lebih mudah maka areal
perkebunan tersebut dibagi kedalam blok-blok dengan luasan tertentu
sebagai unit satuan. Ukuran luas satu blok sangat beragam bergantung dari
topografi kebun. Pada daerah dengan topografi datar satuan blok 20-30 Ha,
sedang pada daerah berbukit satuan blok lebih sempit. Diantara blok-blok
tanaman tersebut biasanya dibatasi dengan jaringan jalan produksi atau
batas alam seperti sungai, danau, pantai dsb .
Selain dibagi dalam satuan blok maka dilakukan pembuatan jaringan jalan
untuk membawa sarana produksi dan mengangkut hasil panen. Jaringan
jalan kebun dibangun dengan mempertimbangan kerapatan tanaman, dimana
jalan blok (sekunder) pada umumnya dibuat tegak lurus pada jalan utama
(primer) dengan interval sekitar 1.000 meter. Jalan produksi terletak didalam
blok yang dipergunakan untuk mengangkut sarana produksi yang
dipergunakan selama pemeliharaan tanaman dan mengangkut hasil panen.
Jalan produksi ini dihubungkan dengan jalan blok dengan interval yang
disesuaikan dengan kemampuan alat angkut yang akan dipergunakan dan
kondisi lapangan. Untuk areal berbukit jaringan jalan disesuaikan dengan
kondisi lapangan dengan tetap mempertahankan kemiringan jalan kebun
tidak melebihi 10%.
Jaringan jalan di dalam kebun ditata dan dilaksanakan pada waktu
pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan
ke dalam blok-blok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit

dengan berpedoman bahwa setiap pekerja dapat menjangkau setiap areal
terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapat mungkin
seluruh jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara keseluruhan
merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan
dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
Gambar 3.8. Jalan kebun
Lebar blok ditentukan berdasarkan jarak maksimum pemanen mengangkut
hasil panen ke pinggir jalan atau tempat penampungan sementara hasil
panen. Pada areal kebun yang datar umumnya kemampuan jarak angkut
pemanen atau pekerja yang efektif berkisar 150 meter. Kemampuan jarak
angkut pekerja atau pemanen ini dijadikan titik tengah lebar blok kebun
sehingga lebar blok berkisar 300 meter.
Untuk areal tanah gambut dan areal berbukit pada umumnya kondisi medan
kebun lebih berat bagi pekerja atau pemanen untuk melakukan pergerakan
karena kondisi tanah yang labil dan adanya tanjakan dan turunan. Akibatnya
kemampuan jarak angkut pekerja atau pemanen lebih pendek sehingga lebar
blok menjadi lebih kecil sekitar 200 meter. Panjang blok bergantung dari
kondisi areal kebun dan dikelilingi oleh jalan kebun sekunder, pada umumnya
panjang blok kebun berkisar 1000 meter
Jalan primer
Jalan sekunder
Jalan panen/produksi
Titik Tanaman

Gambar 3.9. Jalan Kebun (Primer)
Jalan Panen atau Pasar Pikul dibuka secara bertahap selama masa tanaman
belum menghasilkan. Pembuatan pasar pikul disesuaikan dengan umur
tanaman. Pasar pikul yang dibuat semasa TBM berfungsi terutama untuk
sarana memperlancar supervisi, pemeliharaan tanaman dan pelaksanaan
panen pada waktu TM.
Blok-blok kebun yang telah tersusun dalam peta kebun diberikan penandaan
blok kebun untuk memudahkan manajer mengelola kebun. Tanda blok pada
umumnya dipasang pada arah lokasi yang sama menghadap pada arah
datangnya pekerja. Sebagai misal bilamana jalan kebun primer mengarah
dari utara ke selatan, maka sebaiknya tanda blok dibuat menghadap ke utara
agar lebih mudah dikenali. Tanda blok pada umumnya diletakkan di lokasi
tersebut merupakan persimpangan jalan yang sering dilalui kendaraan
pengangkut.
Informasi yang dimuat dalam tanda blok meliputi nomor blok, luas blok,
jumlah/populasi tanaman per Ha, jenis/klon yang ditanam, tahun penanaman
dan informasi lainnya yang diperlukan oleh manajemen kebun. Lihat
Penomoran blok-blok kebun harus dilakukan dengan mempertimbangkan
perkembangan kebun dimasa mendatang, sehingga nomor blok selalu
berurutan dan mudah ditemukan oleh pekerja kebun. Penomoran blok harus
dihindari penomoran yang rumit seperti mengunakan angka romawi.
Penomoran sederhana dengan menggunakan sistem huruf dan
angka,misalnya A1, A1, A123 dst.


PEMBUATAN TEMPAT PENGUMPULAN HASIL
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) diperlukan sebagai tempat pengumpulan hasil
panen. Standar TPH :
• TPH dibuat setiap 3 jalan panen atau 6 gawangan untuk areal datar,
sedangkan pada areal berbukit disesuaikan dengan kondisi lapangan.
• Ukuran TPH antara 2-3 m x 3-4 meter, pada tanaman yang telah berproduksi
maksimal, semakin besar ukuran TPH
• Permukaan TPH rata dan bersih untuk memudahkan penyusunan tandan hasil
panen
• TPH diberi nomor sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan
Gambar.3.11. Tempat Pengumpulan Hasil
Nomor Blok Luas blok
Jumlah Tanaman Varitas Sawit
Umur Tanaman

SANITASI
Untuk mempermudah proses panen dan mendapatkan kondisi buah yang
baik pada saat mulai panen maka diperlukan pekerjaan sanitasi yang
dilakukan 3 atau 4 bulan sebelum panen perdana dimulai. Kegiatan sanitasi
meliputi :
• membuang tandan parthenocarpy dan tandan busuk terutama yang
terserang hama dan penyakit. Tndan tersebut harus diletakkan pada
gawangan.
• Membuang semua pelepah kering, dan meletakkannya secara rapi pada
gawangan.
• Membersihkan sampah sekitar pohon untuk memudahkan panen dan
pengutipan brondolan.
Gambar 3.11. Sanitasi Kebun

SENSUS TANAMAN PRODUKSI

Seperti kita ketahui bahwa luas areal tanaman perkebunan dapat mencapai
puluhan hektar sampai dengan ribuan hektar. Komoditas tanaman
perkebunan tahunan, memiliki tajuk mahkota daun yang rimbun sehingga
untuk mengetahui tanaman siap panen diperlukan pendataan atau sensus
yang lebih kompleks dibandingkan komoditas tanaman perkebunan semusim.
Tujuan sensus adalah untuk mengumpulkan data setiap blok yang meliputi
jumlah titik tanam yang tanamannya mati, hilang, abnormal atau tidak
berproduksi dan menentukan kerapatan tanaman dan kondisi areal yang
tidak dapat ditanami.
Selain itu tujuan sensus juga untuk melakukan penisipan. Untuk memastikan
jumlah tanaman yang harus disisip harus dilakukan sensus terlebih dahulu.
Sensus dilaksanakan 1 dan 2 tahun setelah tanam. Pada saat sensus dicatat
setiap titik yang kosong, tanaman yang mengalami transplanting shock yang
parah, tanaman kerdil dan abnormal. Sensus dilaksanakan blok per blok.
Sensus dapat dilaksanakan bersamaan dengan pembatan peta tanaman.
Dimulai dari sudut blok;petugas pemetaan berjalan di tengah gawangan.

Petakan dan beri tanda pada formulir dengan tanda 0 = tanaman ada; x =
tidak ada tanaman/tanaman abnormal. Data perincian jumlah tanaman yang
disisip harus disimpan. Peta dicheck kembali 1 kali/tahun untuk inventarisasi
tanaman.
Sensus pohon untuk mengetahui potensi produksi dimulai pada TM1 (paling
lambat umur 36 bulan dan diulangi setiap 5 tahun. Dalam perkebunan kelapa
sawit dikenal sensus rutin dan sensus periodik. Sensus rutin dilakukan pada
seluruh areal kebun untuk mengetahui satu atau beberapa data antara lain
keadaan tanaman, tanaman produktif, tanaman mati, areal kosong. Hasil
sensus periodik dilakukan untuk memperoleh data khusus seperti jumlah
tanaman abnormal, tanaman yang terserang hama dan penyakit serta
tanaman yang mati atau kosong. Hasil sensus rutin maupun periodik
diresume oleh manager untuk menentukan langkah dan tindakan berkenaan
dengan proses produksi. Data sensus pohon juga digunakan untuk
menentukan tingkat produktivitas tanaman yang digunakan sebagai dasar
untuk penetapan kebutuhan tenaga kerja dan kebijakan manajemen produksi
yang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reuben Elishama, Si Macho yang Bertato

PROPOSAL USAHA BUDIDAYA IKAN MUJAIR

Potensi Kelapa Sawit di Kalimantan Selatan